Karya seni batu ukir yang dibuat Bagus Heri Setiadji, warga kawasan Patemon Surabaya, memiliki karakter tersendiri dari segi keunikan serta proses pembuatan. Bisa dikatakan, inilah seni ukir batu pertama di Indonesia. Dari hasil penjualannya, ia bisa meraup omzet Rp 30 juta per bulan.
“Belum ada yang bisa membuat seperti ini karena ukiran yang saya buat memiliki hasil yang timbul, sedangkan kebanyakan pengerajin lain ukiranya cenderung ke dalam,” klaim Bagus, saat menunjukkan hasil ukirannya dari batu fosil.
Tidak hanya mengukir batu kali dan batu laut saja, dia juga mampu mengukir batu fosil yang terkenal dengan teksturnya yang sangat keras.
“Batu batu yang saya pakai teksturnya keras semua, jadi tidak menggunakan batu lunak, misalkan batu kali, batu laut, dan termasuk fosil. Kalau batu fosil mampu saya tembus dengan mata bor saya, berarti kebanyakan batu di bawahnya pasti bisa saya ukir,” ujar Bagus yang mendapat julukan Mpu Batu.
Berbagai kerajian dengan bahan dan bentuk berbeda diproduksi setiap hari di rumahnya. Di antarannya batu ukir, kaca ukir, fosil kayu ukir, handycraft dan bermacam souvernir yang dibuat dari bahan dasar batu, kayu, ataupun kaca.
Bahan-bahan itu dibentuk menjadi produk yang memiliki beragam fungsi seperti interior, eksterior, dan hadiah/kenang-kenangan/souvernir, bisa berupa gantungan kunci, tempat kartu nama, kalender, jam, vas bunga, kalung dan masih banyak lagi.
Karya seni buatannya tidak ada yang sama, karena bahan baku berasal dari alam dan tidak mungkin menemukan bentuk batu yang sama persis, dan hasil ukirannya pun tidak akan sama antara satu dengan lain.
Sehingga satu karya batu ukir buatannya hanya akan dimiliki satu orang pembeli saja. Ditambah dengan adanya sertifikat kepemilikan dari setiap batu ukir buatannya sehingga batu ukirnya terkesan ekskusif dan limited editon.
Pada sertifikat kepemilikan terdapat nomor sertifikat, nama, alamat pembeli, tahun pembelian, nomor registrasi produk, tanggal pengukiran batu, tempat asal batu diperoleh, model tulisan ukir, dan foto batu ukir.
“Batu yang berkualitas tidak mudah didapat karena berasal langsung dari alam dan melalui proses pemilihan terlebih dahulu. Batu-batu ini kebanyakan dari Lumajang, Tulungagung, bahkan dari NTT. Selain dari segi bahan baku, proses pembuatan harus dilakukan dengan sangat detail dan hati-hati, jika ada detail yang salah sudah tidak bisa dipakai lagi, karena tidak bisa dikembalikan ke bentuk semula. Dari situlah karya yang saya buat ini memiliki nilai yang tinggi,” tambah Bagus.
Batu yang digunakan biasanya adalah batu andesit, obsidian, dan juga agate, di mana masing-masing memiliki karakter dan berbagai macam kesulitan serta memiliki berbagai macam bentuk mulai dari tulisan China, Jepang, Kaligrafi, Aksara Jawa. Selain tulisan ada juga yang berupa gambar, seperti gambar naga, inisial nama, sio atau lambang zodiac.
Harga produk buatannya bervariasi tergantung dari produk, bahan baku, dan tulisan atau tingkat kesulitannya. Batu ukiran termahal buatannya berbahan baku dari fosil karena dari nilai batu fosil sendiri sudah mahal, ditambah pengukiran yang sangat rumit, karena batu fosil terkenal dengan kekerasan teksturnya
“Handycraft atau kerajinan yang paling kecil seperti kalung harganya mulai dari Rp 10 ribu, ada juga yang Rp 15 ribu, untuk jam dinding, tempat kartu nama, kalender kisaran Rp 45 ribu samapi Rp 250 ribu, sedangkan batu ukir berupa tulisan mulai Rp 200 ribu hingga jutaan,” terang Bagus.
Selain melayani pasar domestik, batu ukirnya telah dikirim ke berbagai negara seperti Timur Tengah, Malaysia, bahkan Eropa. Dalam satu bulan Bagus bisa mendapatkan penghasilan dari bebagai jenis produknya sekitar Rp 20 – 30 juta.
Kini batu ukir timbul buatannya telah berkembang menjadi berbagai macam bentuk seperti patung, jam dinding, tempat kartu nama, hingga inovasi terbarunya membuat prasasti untuk bayi berupa riwayat biodata yang diukir melalui media kaca atau batu, di mana semua keterangan pada saat lahir dapat ditulis mulai dari Nama, Tanggal lahir, Berat, Panjang dan waktu kelahiran sekaligus tempat bersalin/rumah sakit.
“Dengan adanya kerajinan prasasti untuk bayi, putra/putri kita akan memiliki prasasti yang bisa di lihat kemudian hari atau sampai kapanpun sebagai wujud kasih sayang orang tua, semua karya yang saya buat berbahan dasar batu, jadi bisa tahan lama sampai puluhan tahun tetap seperti ini dari bentuk sampai detailnya tidak akan berubah,” tambah Bagus.
Recent Comments